Sabtu, 05 Oktober 2013

kearifan segenggam garam

        Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki tua yang terkenal shaleh dan bijak. disuatu pagi yang dingin, datanglah seeorang lelaki muda yang tengah dirundung masalah. dengan langkah gontai, dan rambut kusut masai, ia tmpak seperti orang yang tak mengenal bahagia. tanpa membuang wakyu, ia ungkapkan semua keresahannya. impiannya yang gagal, karir, cinta dan hidupnya yang tidak pernah berakhir bahagia.
        Bapak tua yang bijak itu hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama, tanpa berkata apa-apa ia hanya mengambil segenggam garam dan memasukkannya ke dalam segelas air lalu mengadiberikanya dan berkata, "coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya?". anak muda itupun meminum air yang diberi garam oleh bapak tua tadi. "aaaaaahh..chuihh..chuiiih..asin sekali, pahit pak", jawab pemuda tersebut. pak tua itu hanya tersenyum lalu mengajak tamunya berjalan ke tepi telaga yang ada dimdalam hutan dekat tempat tinggalnya.
         Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya sampailah mereka di tepi telaga yang tenang. masih dengan mata yang tenang dan penuh dengan cinta, orang tua yang bijak itu menaburkan segenggam garam ke dalam telaga, dengan sepotong kayu diaduknya air telaga yang membuat gelombang dan riak kecil. setelah air telaga tenang iapun berkata, "anak muda coba kamu cicipi air telaga tersebut dan minumlah". saat tamu itu selesai menekuk air telaga, pak tua berkata lagi, "bagaimana rasanya?", "ini baru segar kali rasa airnya pak tua" jawab lelaki tersebut. "dan apakah kamu masih merasakan garam di dalam air tersebut?" tanya pak tua. "mmm, sepertinya tidak, sedikitpun tidak ada rasa asin" jawab si anak muda. 
        Mendengar hal itu, dengan bijak pak tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda, ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, berimpuh di tepi telaga dan berkata, "anak muda, pahitnya kehidupan seumpama segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang.jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama, tapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. kepahitan itu selalu berasal dari bagaimana kita meletakkan segalanya, dan itu tergantung pada hati kita. jadi, saat kumu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kita lakukan. lapangkanlah dada untuk menerima segalanya, luaskan hati untuk menampung semua kepahitan tersebut, luaskan wadah pergaulan supaya kita mempunyai pandangan hidup yang luas. maka, kita akan banyak belajar darimkeleluasaan tersebut. hati adalah wadah itu. perasaan, adalah tempat itu. qalbu adalah tempat menampung segalanya. jadi jangan jadikan hati seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam semua kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan".
by : Resonansi Jiwa
 

Rabu, 02 Oktober 2013

looking for tomorrow..

tataplah masa depanmu..
jauh ke depan..
seakan-akan kau hidup untuk selamanya..
tapi juga jangan lupakan akhiratmu..
hiduplah untuk akhiratmu seakan-akan kau meninggal esok hari..
seimbangkan antara usahamu untuk duniamu dan akhiratmu..
^_^